Minggu (5/11) sekitar pukul 14.45 WIB aku dikejutkan dengan panggilan yang masuk ke handphoneku. dilayar ponselku tertera nomor panggil dari 0317 72 281316. saat itu aku tengah berada di rumah wartawan radar jember group jawa pos, Danu Sukendro akrab di sapa Ken. aku sengaja mengabaikan panggilan itu lantaran aku dan Ken sedang mengkonfirmasi wakil ketua DPRD Jember, Machmud Sardjujono terkait dugaan penyimpangan proyek di Desa Glundengan Kecamatan Panti.
pascaurusan mengkonfirmasi tersebut usai, aku mulai memperhatikan lagi nomor telepon yang masuk ke ponselku. saat itu aku bertanya pada Ken terkait nomor asing itu.
"Sopo yo, kok nomor itu tak ada dalam phone bookku"
Ken yang berada di hadapanku menjawab kode 031 itu nomor Surabaya.
Surabaya ? (benaku mulai berpikir)
kalaupun nomor panggil itu berasal dari Mabes (sebutan kantor pusat redaksiku) tentunya nomor itu menunjuk 031-8419000 atau nomor telepon lain yang menggunakan angka kepala 84.
tapi sore itu, tidak. bahkan cenderung berbeda dari dugaanku. Yang kutahu nomor itu adalah nomor produk flexi !
aku tak ingin penasaran, kucoba untuk menghubungi. dan, saat kuhubungi, aku mendegarkan suara dibalik penelpon itu bernada berat. ia mengatakan, "Kenapa dihubungi mulai tadi kok tidak diangkat. anda siap di BKO kan ke Surabaya, ya !
bak disambar petir di siang hari, akupun tak mampu berkata banyak. satu kata yang terlontar di mulutku, "Ken aku diminta BKO Surabaya,"
kemudian, Ken yang juga terperanjat atas kabar tersebut sontak menyatakan "Jangan Mau".
Aku paham mengapa Ken menyatakan demikian, sebab seperti kawan-kawan sprofesi denganku yang berada di satu naungan bendera yakni Harian Pagi Surya kejelasan status mereka masih dipertanyakan. apalagi kalau di tugaskan di Surabaya.
Sebab manejemen belum menentukan standart yang pasti untuk pengupahan dan kepastian status para ST (stringer).
selanjutnya, aku yang masih berputar dengan semua pertanyaan di benaku terkait kabar itu memutuskan untuk tak memikirkannya dulu. aku berpamitan ke warnet guna mengirim berita laiknya kebiasanku setiap hari.
tapi sebelum aku beranjak dari rumah Danu Sukendro yang juga pernah sekantor denganku di Radio Best FM, ia sempat melontarkan satu pernyataan yang cukup mengejutkan juga !
"Kau bergabung dengan Yakub sementara waktu di Memo,"
atas lontaran itu aku tak bereaksi, aku hanya berpikir bahwa Memo adalah tempatku dulu sebelum bergabung di Harian Surya.
lontaran ini tak kujawab, akupun beregegas berangkat ke warnet.
sesampainya di warnet Smile tepatnya di JL Kalimantan, aku melihat sepeda motor teman sekantorku, Yuni (st9), di parkir di sana.
di dalam warnet yang terisi 12 komputer yang disewakan oleh pemiliknya aku mendatangi salah satu komputer diurutan nomor dua yang disewa Yuni. padanya aku bertanya.
Yun, oleh telepon dari Surabaya gak,?
Yuni yang sedang sibuk dengan berita yang ditulisnya menjawab, tidak. akun-pun akhirnya diam. namun dalam kediamanku itu aku masih terasa tak enak hati, pernyataan aku harus BKO di Surabaya masih membuatkku penasaran. hingga akhirnya aku pun menyampaikan ke Yuni bahwa aku harus geser (berpindah ke Surabaya).
Lho, siapa yang menugaskan, terus bagaimana,"kata Yuni
Tidak jawaban itu yang muncul dari mulutku. tak ada kejelasan secara pasti aku tak mungkin berpindah ke sana.
selanjutnya, pascaobrolan antara aku dan Yuni terhenti lantaran kesibukan masing-masing di Komputer, handphoneku kembali berbunyi. satu SMS (pesan) muncul dilayar ponsel ku.
saat kubaca, untuk kali keduanya aku terkejut, sebab di dalam pesan itu tertulis, Mas Martin sesuai rapat redaksi di Surabaya kita kekurangan wartawan, mulai hari Rabu anda akan di BKO ke Surabaya.
penasaran dengan pesan itu, akhirnya kuntunjukan pesan itu ke Yuni. dan saat itu yang kudapat jawabanya adalah aku gak tahu, setahuku kalau Mabes yang menghubungi nomor 031 84 bla..bla..bla..
kemudian, Yuni kembali bertanya bagaiman sikapku atas perintah melalui pesan itu.
aku yang masih bingung dengan orang yang mengirim pesan itu mengatakan, gak mungkin lah Yun, bagaimana anak dan istriku. di Jember saja aku masih susah menghidupi mereka.
tanpa ada jawaban balik dari Yuni selanjutnya suasana kembali senyap.
tapi aku belum senyap, rasa penasaran di benaku memutuskan untuk mengejar siap pengirim pesan itu. kutanyakan melalui pesan itu, apa tidak ada alternatif st lain bos. tak lama pesan itu kukirim, jawaban dari nomor 0317 72 281316 isinya : ini sudah menjadi keputusan rapat jadi yang akan dipanggil sampean dan probolinggo.
pascapesan itu kubaca, aku masih bingug, sebab menurutku tak mungkin lah orang mabes memerintahkan penugasan hanya melalui SMS. aku kembali mengirim pesan itu ke Mr X yang sudah membuatku pusing atas pesan perintah. di pesan itu kutulis, saya sekarang berkomunikasi dengan siapa...njeh bos (maaf) kalau di BKO sampai berapa waktu.
tak ubahnya dengan pesan pertama yang kukirim, baru sesaat pesan itu kusending, balasanya dengan cepat kuterima di pesannya tertuang sampean sekarang berkomunikasi dengan mas Yudi Indrawan mas.
Tuhan,.......betapa kecewanya aku setelah membaca pesan itu, aku menyadari ternyata yang membuatku pusing temanku sendiri. tak pelak pascakuketahui siapa pengirim pesan tersebut aku bergegas menelpon, di sambungan telepon itu kusampaikan sejuta makian mulai dari bapak kuda sampai cucunya besama seluruh perlengkapannya.
aku benar-benar kecewa, ternyata aku dikerjaain oleh temanku sendiri yang terkenal sebagai raja simulasi. betapa tidak sekian lama kupikir, antara penugasan kantor dan tanggung jawab lain yakni menghidupi anak istriku harus kujalankan bersama.
tapi tanggungjawabku dikantor dan pada anak istriku tak mungkin bisa berjalan bersama kalau aku dipisahkan dari mereka. karena satu-satunya modal hidup yang didapatkan dari anak dan istriku hanya dari gaji dari pekerjaanku.
kendati demikian, akupun sadar bahwa hidup tak bisa diramalkan, suatu saat pasti ada perubahan. asal dengan catatan ini bukan humoran.
tapi yang membuatku tak pernah sadar, kenapa Yudi tak pernah berubah, humor kelewatan masih terus digunakannya meski sudah berulang kali membuat kawan-kawannya kecewa. ia tak pernah belajar dari pengalaman hidupnya. apa mau dikata "ia tak pernah berubah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar