Jember – Kritikan terhadap kebuijakan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono tak disampaikan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarno Putri. Namun laiknya Mega ekonom fiskal Rizal Ramli mengkritik kebijakan pemerintahan SBY habis-habisan.
Menurut Ramli pemerintah yang baik adalah pro kemiskinan (pro poor), pro luasnya lapangan kerja (pro job). Tetapi sekarang kebijakan pemerintah justru "prosotan" (dalam bahasa Jawa berarti melorot terus).
"Melihat pemerintahan SBY saat ini, kebijakannya tak lagi pro rakyat," kata Rizal Rami saat memberikan materi dalam Seminar Ekonomi Nasional bertema Grand Desain Manajemen Pembangunan Ekonomi di hotel Bandung PermainJember, Selasa (4/3).
Dalam ceramah ekonomi yang juga dihadiri mantan Panglima TNI Jenderal TNI Ryamizard Ryacudu dan mantan anggota Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Sholahudin Wahid, Rizal Ramli juga mengatakan, untuk mengatasi persoalan yang ada sekarang, pemerintah Indonesia memerlukan solusi baru atau jalan baru, yakni anti neo kolonialisme dan imperialisme.
"Makanya dalam pemilihan presiden nanti jangan asal pilih calon presiden yang handsome (ganteng,red) atau pintar menyanyi saja,”selorohnya.
Sekarang ini kata Ramli semestinya pemerintah tak perlu lagi bicara disektor pertanian. Karena jika berkutat pada pembahasan itu takan ada solusi yang lebih baik. Yang penting dibicarakan kini ujarnya, adalah soal petani. Karena mereka juga memerlukan kebijakan pemerintah yang pro petani.
Jika cara itu yang ditempuh, maka ujar pria kelahiran Padang Sumater Barat yang juga Presiden Komisaris PT Gresik TBK proses kebangkitan Indonesia dari keterpurukan secara lambat laun akan segera teratasi.
Ditempat sama Ramli yang bersemangat menyampaikan analisanya terkait perekonomian Indonesia dalam seminar itu juga mengungkap soal krisis listrik akibat factor minimnya bahan batu bara.
Padahal kata dia, semestinya Indonesia tidak perlu khawatir dengan ketersediaan bahan baku batubara untuk bahan bakar listrik. Karena Indonesia versi Ramli, tercatat sebagai negara nomor satu di Asia sebagai pengekspor batubara terbesar.
“Yang harus dibingungkan sekarang adalah kebijakannya,”tegasnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar