Jember – Menggapai mimpi jika banyak menemukan tantangan dianggap wajar. Apalagi impian itu berkaitan dengan hasil karya seni. Seperti yang dialami pelukis asal Jember Mahmasuwandana (MS) Wawan.
Setelah mengarungi tiga aliran melukis akhirnya di menetapkan pilihan pada aliran palet exspresionist. Aliran yang tak banyak diikuti pelukis karena cara melukisnya harus menggunakan pisau palet dipilihnya setelah dia diyakinkan oleh gurunya pelukis asal Holand Aris Smith.
“Awalnya aku tertekan sebab, mulai dari aliran natural, dan classic modern aku menemukan senang. Namun sejak aku kenal aliran palet exspresionist, aku dihadapkan pada tantangan,”ujarnya di galerinya jalan Hayam Wuruk 90 Kamis (28/2).
Tapi tantangan itu akhirnya pupus ujar Wawan, ketika dia mendapat inspirasi dari sang guru yang menyatakan semua tantangan pasti dapat teratasi. MS Wawan yang mengenal aliran palet exspresionist ditahun 1996 itu akhirnya berkiprah dan menjadi salah satu pelukis yang sering sekali menggelar pameran.
Bahkan tak hanya pameran di Indonesia, tetapi 24 negara dari 4 benua yang ada di bumi ini sudah pernah dijelajahi MS Wawan lengkap dengan sejumlah hasil karya lukisannya. Bahkan dari sekian lama penjelejahanya ke Negara-negara luar, MS Wawan sempat bertahan lama di bnegara kanguru Australia.
Masih kata Wawan, dari perjalanannya hidupnya meniti karier di dunia seni lukis, satu keinginannya yang hingga kini belum terpenuhi yakni mendapatkan kembali lukisan pertamannya yang beraliran natural, dengan tema “masa kecilku”.
Lukisan bergambar bocah yang menggendong temannya menyusuri sungai di sebuah jalan pinggir desa tersebut diharapkan dapat diketahui kolektornya. Karena jika kolektor lukisan bocah itu dapat ditemukan dia berkeinginan untuk membelinya kembali.
“Lukisan itu adalah gambaran dari masa kecilku, aku ingin membelinya lagi karena aku ingin mempersembahkan untuk anaku,”katanya.
Sebenarnya, kata Wawan untuk melukis kembali model lukisan bocah itu dia sanggup. Namun cara itu dinilainya tak bagus, karena nilai seni itu berasal dari insiprasi yang datang kala itu, asli muncul dari hati dan imagenasinya, bukan imagenasi dipaksakan.
Selain keinginan mendapatkan lukisan, obesesi lain yang harus dipenuhi oleh MS Wawan yakni berunjuk rasa ala pelukis. Unjuk rasa itu diwujudkan dalam bentuk mengundang seluruh pelukis yang ada di karisidenan besuki, dan diminta melukiskan penderitaan para TKI dan TKW yang berjuang dinegara orang guna mendapatkan rupiah.
“Mungkin obsesi itu baru dapat diwujudkan 2 – 3 bulan mendatang,”jelasnya.
Kini yang menjadi konsentrasi MS Wawan, adalah menyediakan galeri lukisan agar dapat dimanfaatkan pelukis di karisidenan Besuki guna mengekspresikan diri dalam bentuk lukisan.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar