Jember – Mahasiswi Universitas Jember memutuskan menjadi ayam kampus gara-gara tak mampu membayar SPP. Demikian diungkapkan salah satu mahasiswa, Marlutfi Yordanias yang unjuk rasa menuntut penyelesaian perkara SPP fiktif akibat ulah calo.
“Kenyataannya teman-teman yang menjadi korban SPP fiktif itu dipersulit oleh fakultas. Mahasiswa yang menjadi korban justru diminta membayar SPP lagi,”teriaknya dalam orasi di depan kantor pusat Unej.
Bahkan lanjut Marluti karena tak mampu membayar SPP ulang, salah satu Mahasiswa Unej memutuskan jual diri alias menjadi ayam kampus. Mahasiswi tersebut akhirnya memilih cara menjual diri itu karena ia takut sistem kredit semester (SKS) mata kuliahnya dipotong.
Namun sayang identitas mahasiswa korban percaloan SPP yang kini menjadi ayam kampus itu tak diungkapan. Dalam aksi menuntut penyelesaian SPP fiktif itu mahasiswa hanya memaparkan, jika sudah tak sanggup membayar. Sehingga sudah sepatutnya pihak rektorat bertindak lebih bijak
Untuk diketahui nominal pembayaran SPP yang ditetapkan universitas tak tergolong kecil untuk ukuran mahasiswa. Bagi mahasiswa kelas regular dibebani pembayaran SPP ulang sebesar Rp 500.000,- dan bagi mahasiswa kelas non regular dibebani biaya senilai Rp 1.250.000,-
Sementara itu menurut data terakhir tercatat korban SPP fiktif 550 mahasiswa. Dari 550 mahasiswa itu terbagi 171 mahasiswa fakultas hukum, 332 mahasiswa fakultas ekonomi dan 47 mahasiswa fakultas sastra.
dari ratusan mahasiswa korban itu, modus yang dihadapinya sama. Yakni mereka ditawari membayar SPP lebih rendah dan lebih cepat asalkan bersedia menggunakan pernatara (calo).
dalam aksinya para mahasiswa yang berunjuk rasa itu ditemui Pembantu Rektor III Unej Marwoto yang juga Ketua Tim Pengusutan SPP dan Kepala Bagian Kemahasiswaan Soeroso mengatakan, dari penelurusan yang dilakukan itu ternyata memang slip SPP terdapat stempel dan tanda tangan paraf yang palsu.
Selain itu mahasiswa juga tetap akan dikenakan membayar SPP ulang karena SPP yang telah dibayar tidak melalui prosedur.
"Kami menyarankan agar mahasiswa korban menghadapkan dua palaku ke polisi bersama barang bukti. Namun sayangnya polisi terlalu banyak pertimbangan," kata Marwoto.(*)
1 komentar:
Sayang sekali, sebenarnya, dari sebuah judul yang dahsyat. aku mengharapkan news in depth. Mengenang lagi, sudut kota Jember yang konon religius. Kenapa sekali-kali tak membuka masa lalu, Tin?
Posting Komentar